Jumat, 25 November 2011

Buah Kawista sebagai Pencegah Kanker

Buah Kawista
Kawista (Feronia limonia) merupakan jenis tanaman yang termasuk kedalam suku jeruk-jerukan(Rutaceae). Tanaman ini masih kerabat dekat dengan maja, yaitu sejenis jeruk-jerukan yang berasal dari daerah Asia tropika dan subtropika. Karena masih termasuk kedalam suku jeruk-jerukan (Rustaceae) maka tanaman ini bisa digunakan batang bawah bagi tanaman jeruk, hal ini akan mempengaruhi jeruk yang dihasilkan.
Menurut Jones (1992), diacu dalam Sukamto (1999), tanaman kawista dahulunya berasal dari India terutama di daerah-daerah kering. Selain tumbuh subur di daerah kering India, tanaman ini diperkirakan pula tumbuh subur di daerah-daerah kering Srilanka, Myanmar, dan Indo-China. Kemudian menyebar ke Malaysia dan sampai ke Indonesia. Tanaman ini biasanya tumbuh di daerah tropic mushon yang sewaktu-waktu mengalami musim kering (Pristiyanto, 2003).  Mengenai adaptasinya, menurut Sukamto (1999), tanaman ini mempunyai adaptasi yang baik pada daerah yang kering dan tanah yang berpasir. Di Indonesia, kawista umumnya ditanam di pekarangan pada daerah pantai. Kawista didapati di padang-padang rumput yang kering terutama dekat laut dan kearah daratan tanaman ini sering ditanam (Hyne, 1987). Karena persebaranyya yang luas ini maka tanaman kawista memiliki nama-nama yang berbeda tergantung kepada daerahnya masing-masing. Nama-nama tersebut yaitu Olifantsappel (Belanda), Wood-apple (Inggris), Maja (Jakarta), Kawista (Sunda), Kawis, Kawista, Kinca (Jawa), Bila, Kabista, Karabista (Madura) (Hyne, 1987).
Kawista merupakan tanaman yang berupa pohon mencapai 12 m. Kulit batangnya tampak kasar,  percabangannya ramping dan ditumbuhi duri-duri yang tajam dan lurus. Berdaun majemuk, menyirip ganjil, panjangnya mencapai 12 m. Daunnya mengandung kantung-kantung minyak yang berbau aromatik bila diremas. Buahnya berbentuk bulat mencapai diameter 10 cm, kulit buahnya tebal dan keras, mengelubak, berwarna putih keabuan. Daging buah berwarna merah kecoklatan menyerupai daging buah asam, beraroma khas. Buahnya mengandung biji yang banyak, panjang 5-6 mm dan berambut (Jones, 1992 diaacu dalam Sukamto 1999). Sedangkan Hyne (1987) menyebutkan bahwa kawista berbentuk bulat, dikelilingi kuit yang keras seperti kayu, dan dari luar menyerupai buah Aegle marmelos Corr. Tetapi dalam buahnya sangat berlainan. Kawista tidak berlendir sehingga tidak bisa menggantikan marmelos sebagai obat. Kawista memiliki bunga yang beergerombol berwarna putih, ada yang merah dan kehijau-hijuan. Bunga keluar dari ketiak daun atau teletak diujung ranting. Buahnya bertipe buah buni dan bersisik (Pristiyanto, 2003).

Peranan Antioksidan dalam Buah Kawista bagi Tubuh

 Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida.
Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon,1990). Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi (Gambar 1).  Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon, 1990).
Besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat berpengaruh pada laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan grup fenolik sering lenyap bahkan antioksidan tersebut menjadi prooksidan (Gambar 3).  Pengaruh jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur antioksidan, kondisi dan sampel yang akan diuji.
Proses penuaan dan penyakit degeneratif seperti kanker kardiovaskuler, penyumbatan pembuluh darah yang meliputi hiperlipidemik, aterosklerosis, stroke, dan tekanan darah tinggi serta terganggunya sistem imun tubuh dapat disebabkan oleh stress oksidatif. Stress oksidatif adalah keadaan tidak seimbangnya jumlah oksidan dan prooksidan dalam tubuh. Pada kondisi ini, aktivitas molekul radikal bebas atau reactive oxygen species (ROS) dapat menimbulkan kerusakan seluler dan genetika. Kekurangan zat gizi dan adanya senyawa xenobiotik dari makanan atau lingkungan yang terpolusi akan memperparah keadaan tersebut.
Bila umumnya masyarakat Jepang atau beberapa masyarakat Asia jarang mempunyai masalah dengan berbagai penyakit degeneratif, hal ini disebabkan oleh menu sehat tradisionalnya yang kaya zat gizi dan komponen bioaktif. Zat-zat ini mempunyai kemampuan sebagai antioksidan, yang berperan penting dalam menghambat reaksi kimia oksidasi, yang dapat merusak makromolekul dan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Peran positif antioksidan terhadap penyakit kanker banyak diteliti. Antioksidan berperan dalam melindungi lipoprotein densitas rendah (LDL) dan sangat rendah (VLDL) dari reaksi oksidasi. Pencegahan aterosklerosis ini dapat dilakukan dengan menghambat oksidasi LDL menggunakan antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan.
Adapun untuk kanker dan tumor banyak ilmuwan spesialis setuju bahwa penyakit ini berawal dari mutasi gen atau DNA sel. Perubahan pada mutasi gen dapat terjadi melalui mekanisme kesalahan replikasi dan kesalahan genetika yang berkisar antara 10-15 %, atau faktor dari luar yang merubah struktur DNA seperti virus, polusi, radiasi, dan senyawa xenobiotik dari konsumsi pangan sebesar 80-85 %. Radikal bebas dan reaksi oksidasi berantai yang dihasilkan jelas berperan pada proses mutasi ini. Dan resiko ini sebenarnya dapat dikurangi dengan mengkonsumsi antioksidan dalam jumlah yang cukup.
Antioksidan alami dapat diperoleh dari tanaman. Di Indonesia, banyak sekali tanaman yang sebenarnya berpotensi mempunyai aktivitas antioksidan. Daging buah tanaman tersebut dianalisis mempunyai potensi sebagai antioksidan karena dari penelitian sebelumnya telah ditemukan adanya saponin, flavonoid, dan polifenol pada kulit batang dan daunnya. Hasil penelitian uji aktivitas antioksidan dari beberapa buah lokal yaitu; talok/ kersen (Muntingia calabusa), duwet (Syzygium cumini), sawo (Acrhras zapota L.), jambu mete (Arakardium occidentale), kawista (Feronia limonia), nangka (Artocarpus heterophyllus), dan srikaya (Annona squamosa) dengan metode DPPH. Berdasarkan uji aktivitas penngkap radikal yang telah dilakukan, diketahui  aktivitas penangkap radikal dari tujuh sampel buah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar